Ketika akun twitter Associated Press @AP diretas, sebuah tweet heboh segera menguncang pasar saham Wal Street Selasa lalu. Tweet yang menyatakan Gedung Putih dibom dan Obama menderita luka itu membuat sentimen negatif di bursa Wall Street.
Indeks di Wall Street dan Dow Jones Industrial Average langsung anjlok. Pasar panik, apalagi usai ada bom Boston dan ledakan di sebuah pabrik di Texas. Total kerugian di pasar saham mencapai US$ 200 miliar nilai pasar, atau sekitar Rp 1.900 triliun.
Namun pihak AP membantah isi tweet itu dan menyatakan akun twitter mereka diretas. Gedung putih juga membantah breaking news itu dan Obama dalam kondisi baik baik saja. Pasar langsung bereaksi positif atas klarifikasi ini.
Indeks Dow Jones langsung naik dengan cepat, secepat saat anjlok. Saat itu, indeks Dow Jones naik 152 poin menjadi 14.719. Pihak yang bernama Syrian Electronic Army mengaku berada di balik serangan peretasan ini. Mereka juga mengaku berada di balik peretasan akun BBC Weather dan CBS 60 Minutes.
Menurut Jeff Hancock, profesor komunikasi dan ilmu informasi dari Cornell University menilai, saat ini media sosial bukan lagi sekedar kebutuhan anak muda dan hanya hura hura. "Media sosial memiliki pengaruh besar dan ada konsekuensi di dunia nyata," kata dia. Kepercayaan publiik di media sosial telah mencapai tingkatan baru. Perilaku pasar yang panik itu telah membuktikannya.
Atas peretasan ini, Twitter akan menjalankan dua kali pengamanan. Setiap pengamanan akan memuat satu kata kunci.
sumber: http://www.ceritaciijail.com/2013/04/Tweet-Palsu-AP-Rugikan-Pasar-Saham-Rp.1.900-Triliun.html