Tribunnews.com, Jakarta — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq untuk bersikap kesatria. Luthfi didesak berbicara kebenaran dan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
"Jangan suka mengalihkan isu, jangan menyerempetkan ke orang-orang yang sama sekali tidak tahu. Sekarang saya (yang dikaitkan). Mungkin lain kali orang lain. Itu sudah kejahatan sendiri," kata Presiden saat jumpa pers di Pangkalan TNI Angkatan Udara di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (10/10/2013) malam.
Pernyataan Presiden ini merupakan tanggapan atas kesaksian Luthfi untuk terdakwa Ahmad Fathanah di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, di Jakarta, Kamis. Dalam kesaksiannya, Luthfi mengatakan, Bunda Putri adalah orang yang sangat dekat dengan Presiden SBY. Bunda Putri pun disebut sangat tahu informasi mengenai kebijakan reshuffle kabinet.
Dalam tanggapannya, Presiden mengatakan, selama sembilan tahun menjadi Presiden tak lazim mengomentari tuduhan. Namun, kata Presiden, untuk kesaksian Luthfi ini dia merasa perlu menghentikan tuduhan dengan memberikan pernyataan langsung.
"Kalau saya tidak hentikan malam ini, dalam arti saya memberikan penjelasan yang benar, bisa saja rakyat kita bingung. Jangan-jangan itu benar," kata Presiden. Ribuan persen pun disebut Presiden untuk menegaskan kesaksian Luthfi adalah tidak benar.
Presiden menyebut kesaksian Luthfi bahwa Bunda Putri sangat dekat dengan Presiden adalah 1.000 persen bohong. Demikian pula dengan kesaksian bahwa Bunda Putri tahu betul informasi tentang reshuffle kabinet, disebut Presiden sebagai 2.000 persen bohong. Menurut Presiden, persoalan reshuffle hanya dibahasnya bersama Wakil Presiden Boediono, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, dan para menteri koordinator.
"Saya masih ada komentar, tapi habis waktu saya untuk menanggapi. Saya malah tertantang ungkap betul kejahatan yang melibatkan mereka-mereka itu. Rakyat butuh kebenaran, siapa yang salah sebetulnya. (Bersikaplah) kesatria! Saya hanya perlukan tegaknya keadilan dan kebenaran. Jangan main-main dengan kebenaran. Berani berbuat, harus berani bertanggung jawab!" tegas Presiden.
sumber: http://sudibyoo1.blogspot.com/2013/10/sby-luthfi-hasan-ishaaq-bersikaplah.html"Jangan suka mengalihkan isu, jangan menyerempetkan ke orang-orang yang sama sekali tidak tahu. Sekarang saya (yang dikaitkan). Mungkin lain kali orang lain. Itu sudah kejahatan sendiri," kata Presiden saat jumpa pers di Pangkalan TNI Angkatan Udara di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (10/10/2013) malam.
Pernyataan Presiden ini merupakan tanggapan atas kesaksian Luthfi untuk terdakwa Ahmad Fathanah di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, di Jakarta, Kamis. Dalam kesaksiannya, Luthfi mengatakan, Bunda Putri adalah orang yang sangat dekat dengan Presiden SBY. Bunda Putri pun disebut sangat tahu informasi mengenai kebijakan reshuffle kabinet.
Dalam tanggapannya, Presiden mengatakan, selama sembilan tahun menjadi Presiden tak lazim mengomentari tuduhan. Namun, kata Presiden, untuk kesaksian Luthfi ini dia merasa perlu menghentikan tuduhan dengan memberikan pernyataan langsung.
"Kalau saya tidak hentikan malam ini, dalam arti saya memberikan penjelasan yang benar, bisa saja rakyat kita bingung. Jangan-jangan itu benar," kata Presiden. Ribuan persen pun disebut Presiden untuk menegaskan kesaksian Luthfi adalah tidak benar.
Presiden menyebut kesaksian Luthfi bahwa Bunda Putri sangat dekat dengan Presiden adalah 1.000 persen bohong. Demikian pula dengan kesaksian bahwa Bunda Putri tahu betul informasi tentang reshuffle kabinet, disebut Presiden sebagai 2.000 persen bohong. Menurut Presiden, persoalan reshuffle hanya dibahasnya bersama Wakil Presiden Boediono, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, dan para menteri koordinator.
NET
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
"Saya masih ada komentar, tapi habis waktu saya untuk menanggapi. Saya malah tertantang ungkap betul kejahatan yang melibatkan mereka-mereka itu. Rakyat butuh kebenaran, siapa yang salah sebetulnya. (Bersikaplah) kesatria! Saya hanya perlukan tegaknya keadilan dan kebenaran. Jangan main-main dengan kebenaran. Berani berbuat, harus berani bertanggung jawab!" tegas Presiden.