Dokter Ini Rela Pinjam Uang Demi Buka Klinik Pelayanan Darurat Warga - Dokter ini banyak mengorbankan dirinya untuk membantu orang yang kecelakaan atau pertolongan darurat. Berusaha mendobrak sistem perizinan Jepang untuki buka praktik emergency sendiri dan akhirnya berhasil. Di perfektur Saitama, 90 menit berkereta api dari Tokyo, dan bahkan di Jepang, upaya klinik daruratnya yang pertama kali berhasil dibuka oleh swasta. Ini berkat bantuan dukungan kalangan pers Jepang juga.
Itulah selintas kisak Dokter Jun Uehara yang diwawancarai khusus Tribunnews.com di tempat prakteknya, Selasa (14/1/2014) sore.
"Upaya membuka klinik darurat (emergency) ini saya lakukan sebenarnya tahun 2001 berkat dukungan seorang dokter senior kepala sebuah rumah sakit di Saitama ini," paparnya mulai bercerita kisahnya.
Jumlah pelayanan darurat di rumah sakit di perfektur Saitama hanya ada sembilan tempat dan jumlah ini menurutnya sangat kurang, "Itulah sebabnya saya berusaha membuka sendiri klinik darurat untuk berjaga-jaga kalau ada seseorang perlu dibantu 24 jam sehari, kecelakaan atau hal darurat lain, bisa dilakukan dan diselamatkan dengan baik," jelasnya.
Uehara sendiri dokter yang memiliki keahlian anestesi. Ia menimba ilmu University of Occupational and Environmental Health Japan di Fukuoka yang ada di selatan Jepang. Isterinya pun juga berasal dari Fukuoka. Kini memiliki satu putri dan satu putra.
Kelahiran Nihonbashi Tokyo, 4 September 1963 ini semula bekerja 24 jam sehari tanpa ada istirahat, "Lama-lama capek juga saya karena masih sendirian saat itu dan sempat dibantu isteri yang mantan perawat," paparnya. Karena itu usahanya hanya sampai tahun 2008.
Lalu tahun 2009 membeli tanah dan membangun sendiri kliniknya juga di Saitama, dan setelah mengurus perizinan, barulah tahun 2010 bisa beroperasi sampai kini.
Untuk itu dia pinjam uang dari bank sebesar 200 juta yen dan kini harus kembalikan cicilan ke bank setiap bulan satu setengah juta yen, "Ya bisa kembalikan dengan kerja keras, tapi setelah dihitung-hitung penghasilan kita hanya sedikit sekali, bisa dibilang tidak ada, alias impas nol," paparnya.
Penghasilan kliniknya yang pas-pasan bahkan bisa dikatakan mungkin minus, membuatnya mencari tambahan uang. Dokter ini harus hidup, membeli makanan dan kebutuhan sehari-hari, bukan hanya buatnya tetapi buat keluarganya, karena itu di siang hari saat kliniknya istirahat dari jam 9 pagi hingga pukul 16.00, dokter Uehara malah bekerja paruh waktu di rumah sakit lain supaya dapat uang buat kehidupannya sendiri. Begitulah pengorbanannya untuk orang lain, hingga dirinya harus bekerja paruh waktu di tempat lain.
"Kita berjuang keras untuk mendapatkan izin menjadi klinik darurat karena peraturan di Jepang yang namanya klinik darurat harus beroperasi 24 jam sehari tanpa libur dan harus ada selalu dokter jaga tentunya. Saya coba terus melobi pihak kementerian kesehatan, agar tak perlu 24 jam sehari bisa jadi klinik darurat dan syukurlah akhirnya Desember tahun 2013 sertifikat ijin diberikan sebagai klinik darurat. Ini juga berkat bantuan dan dukungan kalangan media dan pers Jepang yang banyak membantu kami selama ini," tambahnya lagi.
Dengan izin klinik 24 jam darurat, padahal sebenarnya operasinya tidak 24 jam sehari saat ini, hanya mulai pukul 16.00-22.00 dan pukul 22.00 sampai pukul 9 pagi, merupakan sejarah khusus pertama kali di Jepang di mana perizinan Klinik Darurat 24 jam di Jepang bisa dilakukan tanpa perlu 24 jam sehari. Itulah kehebatan dan perjuangan dokter Uehara ini yang juga mendapat pujian dan ucapan selamat banyak dari kalangan pers Jepang.
Perolehan izin yang agak longgar tersebut dapat menjadi yurisprudensi baginya atau pihak lain, apabila ingin membuka klinik darurat (emergency) 24 jam bisa dilakukan tanpa perlu membuka klinik 24 jam di masa mendatang.
"Saya hanya ingin mengabdi dan membantu banyak anggota masyarakat yang kesusahan, apalagi saat ini cukup banyak orang lanjut usia di Jepang," tambahnya lebih lanjut.
Upaya dan kerja keras untuk membantu sesama manusia tersebut memang diakuinya sudah sejak SMA sampai belajar di universitas dia sangat perhatian dan ingin membantu orang susah di mana pun dan kapan pun juga, “Dengan bantuan dan uluran tangan kita sedikit saja mungkin nasib orang itu akan berubah, tertolong bisa hidup terus bukan? Itu banyak terjadi di saat-saat darurat selama ini, kecelakaan, koma, hampir meninggal akhirnya bisa tetap hidup dan sekarang sehat,” ungkapnya yang menerima sekitar 1.000 pasien darurat per tahun atau sekitar dua atau tiga orang per hari datang ke kliniknya selama ini. Umumnya pasien darurat datang sore malam dan pagi hari.
Itulah selintas kisak Dokter Jun Uehara yang diwawancarai khusus Tribunnews.com di tempat prakteknya, Selasa (14/1/2014) sore.
"Upaya membuka klinik darurat (emergency) ini saya lakukan sebenarnya tahun 2001 berkat dukungan seorang dokter senior kepala sebuah rumah sakit di Saitama ini," paparnya mulai bercerita kisahnya.
Jumlah pelayanan darurat di rumah sakit di perfektur Saitama hanya ada sembilan tempat dan jumlah ini menurutnya sangat kurang, "Itulah sebabnya saya berusaha membuka sendiri klinik darurat untuk berjaga-jaga kalau ada seseorang perlu dibantu 24 jam sehari, kecelakaan atau hal darurat lain, bisa dilakukan dan diselamatkan dengan baik," jelasnya.
Uehara sendiri dokter yang memiliki keahlian anestesi. Ia menimba ilmu University of Occupational and Environmental Health Japan di Fukuoka yang ada di selatan Jepang. Isterinya pun juga berasal dari Fukuoka. Kini memiliki satu putri dan satu putra.
Kelahiran Nihonbashi Tokyo, 4 September 1963 ini semula bekerja 24 jam sehari tanpa ada istirahat, "Lama-lama capek juga saya karena masih sendirian saat itu dan sempat dibantu isteri yang mantan perawat," paparnya. Karena itu usahanya hanya sampai tahun 2008.
Lalu tahun 2009 membeli tanah dan membangun sendiri kliniknya juga di Saitama, dan setelah mengurus perizinan, barulah tahun 2010 bisa beroperasi sampai kini.
Untuk itu dia pinjam uang dari bank sebesar 200 juta yen dan kini harus kembalikan cicilan ke bank setiap bulan satu setengah juta yen, "Ya bisa kembalikan dengan kerja keras, tapi setelah dihitung-hitung penghasilan kita hanya sedikit sekali, bisa dibilang tidak ada, alias impas nol," paparnya.
Penghasilan kliniknya yang pas-pasan bahkan bisa dikatakan mungkin minus, membuatnya mencari tambahan uang. Dokter ini harus hidup, membeli makanan dan kebutuhan sehari-hari, bukan hanya buatnya tetapi buat keluarganya, karena itu di siang hari saat kliniknya istirahat dari jam 9 pagi hingga pukul 16.00, dokter Uehara malah bekerja paruh waktu di rumah sakit lain supaya dapat uang buat kehidupannya sendiri. Begitulah pengorbanannya untuk orang lain, hingga dirinya harus bekerja paruh waktu di tempat lain.
"Kita berjuang keras untuk mendapatkan izin menjadi klinik darurat karena peraturan di Jepang yang namanya klinik darurat harus beroperasi 24 jam sehari tanpa libur dan harus ada selalu dokter jaga tentunya. Saya coba terus melobi pihak kementerian kesehatan, agar tak perlu 24 jam sehari bisa jadi klinik darurat dan syukurlah akhirnya Desember tahun 2013 sertifikat ijin diberikan sebagai klinik darurat. Ini juga berkat bantuan dan dukungan kalangan media dan pers Jepang yang banyak membantu kami selama ini," tambahnya lagi.
Dengan izin klinik 24 jam darurat, padahal sebenarnya operasinya tidak 24 jam sehari saat ini, hanya mulai pukul 16.00-22.00 dan pukul 22.00 sampai pukul 9 pagi, merupakan sejarah khusus pertama kali di Jepang di mana perizinan Klinik Darurat 24 jam di Jepang bisa dilakukan tanpa perlu 24 jam sehari. Itulah kehebatan dan perjuangan dokter Uehara ini yang juga mendapat pujian dan ucapan selamat banyak dari kalangan pers Jepang.
Perolehan izin yang agak longgar tersebut dapat menjadi yurisprudensi baginya atau pihak lain, apabila ingin membuka klinik darurat (emergency) 24 jam bisa dilakukan tanpa perlu membuka klinik 24 jam di masa mendatang.
"Saya hanya ingin mengabdi dan membantu banyak anggota masyarakat yang kesusahan, apalagi saat ini cukup banyak orang lanjut usia di Jepang," tambahnya lebih lanjut.
Upaya dan kerja keras untuk membantu sesama manusia tersebut memang diakuinya sudah sejak SMA sampai belajar di universitas dia sangat perhatian dan ingin membantu orang susah di mana pun dan kapan pun juga, “Dengan bantuan dan uluran tangan kita sedikit saja mungkin nasib orang itu akan berubah, tertolong bisa hidup terus bukan? Itu banyak terjadi di saat-saat darurat selama ini, kecelakaan, koma, hampir meninggal akhirnya bisa tetap hidup dan sekarang sehat,” ungkapnya yang menerima sekitar 1.000 pasien darurat per tahun atau sekitar dua atau tiga orang per hari datang ke kliniknya selama ini. Umumnya pasien darurat datang sore malam dan pagi hari.
[ sumber ]
sumber: http://ift.tt/1apxLRj